31 Maret 2009

MAKSIAT, PENYEBAB KEKALAHAN


السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

بسم الله، الحمد لله، والصلاة والسلام على رسول الله، وعلى آله وصحبه ومن تبع هداه ووالاه، أما بعد:

Secara harfiyah, maksiat artinya durhaka atau tidak patuh. Maksudnya adalah suatu perbuatan yang tidak mengikuti apa yang telah digariskan Allah Swt. Lawan dari maksiat adalah taat. Salah satu konsekuensi penting dari keimanan kepada Allah Swt adalah taat kepada segala perintah-Nya dan meninggalkan segala larangan-Nya, baik dalam keadaan sendiri maupun bersama orang lain, dalam situasi senang maupun susah, begitulah seterusnya.

Dalam perjuangan menegakkan ajaran Islam, setiap pejuang harus selalu berada dalam ketaatan dan tidak boleh melakukan hal-hal yang bernilai maksiat. Hal ini karena kemaksiatan akan mengakibatkan penilaian dosa dari Allah Swt dan dosa akan menimbulkan akibat yang sangat fatal, baik bagi individu maupun jamaah.

AKIBAT MAKSIAT.

Dosa yang merupakan kemaksiatan setidak-tidaknya akan membawa empat akibat, tidak hanya di dunia ini tapi juga di akhirat nanti. Empat akibat itu sangat penting kita pahami dan kita renungi agar dosa dan kemaksiatan tidak kita anggap sepele, sekecil apapun kemaksiatan itu.

1. Menggelisahkan Hati.

Ketenangan hati merupakan sesuatu yang sangat diperlukan oleh manusia dalam menjalani kehidupannya, apalagi bagi para pejuang di jalan Allah. Sebagai manusia, kehidupan ini bisa dijalani dengan baik manakala ada ketenangan batin, namun bila ketenangan jiwa tidak dimiliki, tentu saja kehidupan ini tidak bisa dijalani dengan baik. Karena itu, sangat berbahaya bila pemimpin dan rakyatnya tidak memiliki ketenangan jiwa disebabkan dosa yang dilakukannya. Hal ini karena dosa memang dapat menggelisahkan hati pelakunya dan bisa berakibat pada tindakan-tindakan yang mendatangkan perbuatan dosa berikutnya, Rasulullah bersabda:

Dosa adalah sesuatu yang menggelisahkan dalam hati seseorang, sedangkan ia tidak setuju kalau hal itu diketahui oleh orang lain. (HR. Ahmad)

  1. Terjadi Bencana Alam

Di dunia ini seringkali terjadi bencana alam mulai dari kemarau yang terlalu panjang hingga masyarakat kesulitan air, gunung meletus, gempa bumi, tanah longsor, banjir, kebakaran, angin kencang dan sebagainya. Hal itu jangan kita anggap sebagai peristiwa alam biasa. Karena pada hakikatnya bencana ada kaitannya dengan dosa yang dilakukan oleh manusia sehingga Allah Swt menunjukkan kemurkaan-Nya. Allah Swt berfirman,

Maka masing-masing (mereka itu) Kami siksa disebabkan dosanya, maka diantara mereka ada yang Kami timpakan kepadanya hujan batu kerikil dan diantara mereka ada yang ditimpa suara keras yang mengguntur, dan diantara mereka ada yang Kami benamkan ke dalam bumi, dan diantara mereka ada yang Kami tenggelamkan, dan Allah sekali-kali tidak hendak menganiaya mereka, akan tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri. (Q.S. 29:40)

Terjadinya berbagai bencana alam pada hakikatnya adalah untuk mengingatkan manusia agar menyadari kesalahannya sehingga mereka mau kembali ke jalan Allah yang benar. Allah Swt berfirman,


Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar). (QS 30:41)

  1. Pertentangan Antar Manusia.

Dosa yang dilakukan oleh manusia ternyata bisa menimbulkan konflik di antara sesama mereka. Bahkan hingga terjadi tindakan-tindakan yang ganas, antar satu dengan lainnya, sesuatu yang semula tidak kita duga sama sekali. Hal ini karena orang yang berbuat dosa tidak mau mengakui kesalahannya, meskipun tahu bahwa ia telah berbuat salah. Maka orang yang dianggap telah berbuat salah dan dosa akan dipermasalahkan sehingga terjadilah konflik yang tidak sedikit melahirkan tindakan-tindakan yang sadis. Karena itu, bila di suatu negeri sering terjadi konflik, baik antar masyarakat maupun para pemimpinnya, salah satu yang harus kita teliti adalah dosa apa yang mereka lakukan sehingga mereka saling berselisih. Hal ini terdapat di dalam firman-Nya,


Barang siapa berpaling dari Al-Qur’an, maka sesungguhnya ia akan memikul dosa yang besar di hari kiamat, mereka kekal di dalam keadaan itu. Dan amat buruklah dosa itu sebagai beban bagi mereka di hari kiamat, (yaitu) di hari (yang waktu itu) ditiup sangkakala dan Kami akan mengumpulkan pada hari itu orang-orang yang berdosa dengan muka yang biru muram (QS 20:100-102).

Hal itu dapat itu terjadi, pada sebuah negeri yang dapat dikatakan sebagai negeri yang penuh dosa Sehingga tidak mungkin bisa dicapai kebahagiaan dan ketenangan hidup di dalamnya. Bahkan di dalam hadits, Rasulullah Saw memastikan orang yang bermaksiat kepada Allah Swt dan mati dalam kemaksiatan tidak akan bisa masuk ke dalam surga, Rasulullah Saw bersabda:

Semua umatku akan masuk surga, kecuali yang tidak mau. Sahabat bertanya, “Siapa yang tidak mau Ya Rasulullah?”. Rasul menjawab, “Barang siapa yang taat kepadaku ia masuk surga dan siapa yang durhaka kepadaku ia termasuk orang yang tidak mau”.

AKIBAT DALAM PERJUANGAN.

Objektifitas sejarah dalam Islam telah menunjukkan kepada kita betapa kemaksiatan bisa menjadi penyebab suatu kekalahan dalam perjuangan. Dari sekian banyak peristiwa, ada dua peristiwa penting yang bisa kita jadikan rujukan untuk mengambil pelajaran. Pertama, kekalahan dalam perang Uhud yang terjadi karena ketidakdisiplinan para sahabat. Ketika itu, Rasulullah Saw belum menyatakan bahwa perang sudah selesai meskipun musuh-musuh sudah meninggalkan arena perang karena mendapatkan serangan yang dahsyat dari pasukan muslim. Tapi sebagian sahabat justru telah melakukan pengumpulan harta rampasan perang (ghanimah), maka sahabat-sahabat yang lainpun turut serta mengumpulkan harta itu, termasuk pasukan yang di atas bukit. Melihat hal itu, sisa-sisa tentara kafir melakukan konsolidasi dan mereka naik ke atas bukit lalu melakukan serangan yang bertubi-tubi hingga para sahabat kocar-kacir, bahkan 70 orang sahabat menjadi syahid dan Rasulullah Saw sendiri terperosok ke dalam lubang, mengalami luka dan giginya sampai patah.

Kedua, kekalahan dalam perang Hunain meskipun kaum muslimin berjumlah sangat banyak, yakni 12.000 pasukan, sedangkan pasukan kafir hanya 4000 orang. Hal ini terjadi karena adanya perasaan sombong dan menganggap enteng lawan karena jumlah pasukan yang banyak. Hal ini menyebabkan jumlah pasukan Islam menjadi sedikit dan yang sedikit itulah yang kemudian menunjukkan kesungguhan sehingga berhasil mengalahkan musuh.

Dari dua contoh ini, menjadi jelas bagi kita betapa para dai dan mujahid harus betul-betul memiliki akhlaq yang mulia untuk suksesnya dalam perjuangan, sedangkan kemaksiatan hanya akan membuat Allah menjadi murka, bahkan sangat besar kemurkaan-Nya sehingga sulit memberikan kemenangan kepada kaum muslimin.

أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُوْا اللهَ لِيْ وَلَكُمْ - والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته



Read more...

Jadikan Shalat Pencegah Perbuatan Keji dan Munkar

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

بسم الله، الحمد لله، والصلاة والسلام على رسول الله، وعلى آله وصحبه ومن تبع هداه ووالاه، أما بعد:


Setiap kewajiban yang telah dibebankan Islam kepada umatnya senantiasa memuat hikmah dan maslahat bagi mereka. Islam menginginkan terbentuknya akhlak Islami dalam diri Muslim ketika ia mengimplementasikan setiap ibadah yang telah digariskan oleh Allah SWT dalam Kitab dan Sunnah rasul-Nya.


Pada akhirnya nilai-nilai keagungan Islam senantiasa mewarnai ruang kehidupan Muslim. Tidak hanya terbatas pada ruang kepribadian individu Muslim, namun nilai-nilai itu dapat ditemukan pula dalam ruang kehidupan keluarga dan komunitas masyarakat Muslim. Kita bisa merenungkan kembali ayat-ayat Allah yang berkaitan dengan hal ini, sebagaimana salah satu firman-Nya,


Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” (Q.S. Al-Baqarah: 183).


Melalui ibadah puasa, Allah SWT menginginkan terbentuknya pribadi-pribadi Muslim yang bertakwa. Pribadi yang tidak pernah mengenal slogan hidup kecuali slogan yang agung ini: sami’naa wa atha’na. Pribadi yang senantiasa melaksanakan segala perintah dan menjauhi segala larangan-Nya dalam situasi dan kondisi apapun.


Oleh karenanya, Nabiyullah agung Muhammad SAW telah bersabda: “Takutlah kamu kepada Allah di manapun kamu berada, ikuti keburukan dosa dengan kebaikan niscaya ia akan menghapuskannya dan gauli manusia dengan akhlak yang baik.


Dalam sabda beliau yang lain: “Sesungguhnya Allah telah mewajibkan beberapa faridlah (kewajiban) maka jangan sekali-kali kamu menyia-nyiakannya, Dia telah menetapkan batasan-batasan maka jangan sekali-kali kamu melampui batas, Dia telah mengharamkan banyak hal maka jangan sekali-kali melanggarnya….”


Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan berdo'alah untuk mereka. Sesungguhnya do'a kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (Q.S. 9/At-Taubah: 103).

Dengan ibadah zakat, Islam mengharapkan tumbuh subur sifat-sifat kebaikan dalam jiwa seorang Muslim dan mampu memberangus kekikiran dan cinta yang berlebihan kepada harta benda. Begitu juga ibadah shalat yakni ibadah yang jika seorang hamba melaksanakan dengan memelihara syarat-syarat, rukun-rukun, wajibat, adab-adab, dan kekhusyu`an di dalamnya, niscaya ibadah ini akan menjauhkannya dari perbuatan keji dan kemunkaran. Sebaliknya, ibadah ini akan mendekatkan seorang hamba yang melaksanakannya dengan sebenarnya kepada Sang Khalik dan mendekatkannya kepada kebaikan-kebaikan serta cahaya hidup.


Perhatikan ayat berikut ini, “Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al-Kitab (Al-Quran) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadah-ibadah yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Q.S. 29/Al-Ankabuut: 45).


Muslim yang selalu menunaikan ibadah ini akan selalu aktif dalam kegiatan-kegiatan kebaikan dan mampu menjadi cahaya di tengah-tengah masyarakatnya. Muslim yang memiliki hamasah yang menggelora dalam memperjuangkan kebenaran dan memberangus nilai-nilai kemunkaran, kelaliman, dan perbuatan keji lainnya. Hatinya terasa tersayat di saat menyaksikan pornografi dan porno aksi mewabah di tengah-tengah masyarakatnya. Jiwanya akan terus gelisah ketika melihat kelaliman yang dipermainkan para budak kekuasaan.


Memang, ia harus menjadi cahaya yang berjalan di tengah-tengah kegelapan zaman ini. Allah berfirman, “Dan apakah orang yang sudah mati kemudian dia Kami hidupkan dan Kami berikan kepadanya cahaya yang terang, yang dengan cahaya itu dia dapat berjalan di tengah-tengah masyarakat manusia, serupa dengan orang yang keadaannya berada dalam gelap gulita yang sekali-kali tidak dapat keluar dari padanya? Demikianlah Kami jadikan orang yang kafir itu memandang baik apa yang telah mereka kerjakan.” (Q.S. 6Al-An’am: 122)


Ikhwan dan akhwat fillah,

Ibadah shalat adalah awal kewajiban yang diperintahkan Allah SWT kepada umat ini pada peristiwa Isra dan Mi’raj. Ibadah yang merupakan simbol dan tiang agama, “Pokok urusan adalah Islam, tiangnya adalah shalat dan puncaknya adalah jihad di jalan Allah.” (HR Muslim). Ibadah yang dijadikan Allah sebagai barometer hisab amal hamba-hamba-Nya di akhirat, “Awal hisab seorang hamba pada hari kiamat adalah shalat. Apabila shalatnya baik maka seluruh amalnya baik, dan apabila buruk maka seluruh amalnya buruk.” (HR At-Thabrani).


Ibadah shalat merupakan wasiat Nabi yang terakhir kepada umat ini dan yang paling terakhir dari urwatul islam (ikatan Islam) yang akan dihapus oleh Allah SWT. Selain ini, shalat juga penyejuk mata, waktu rehatnya sang jiwa, saat kebahagiaan hati, kedamaian jiwa dan merupakan media komunikasi antara hamba dan Rabbnya.

Ibadah yang memiliki kedudukan atau manzilah yang agung ini tidak akan hadir maknanya dalam kehidupan kita, tatkala kita lalai menjaga arkan, wajibat dan sunah yang inheren dengan ibadah ini.


Tatkala kita tidak mampu menghadirkan hati, merajut benang kekhusukan dan keikhlasan dalam melaksanakan ibadah ini maka kita tidak akan mampu menangkap untaian makna yang terkandung di dalamnya. Kita tidak akan mampu memahami sinyal-sinyal rahasia yang ada di balik ibadah ini.


Tidakkah banyak di antara manusia Muslim yang ahli ibadah namun masih jauh dari nilai-nilai Islam. Ahli shalat namun masih suka melakukan kemaksiatan. Hal ini disebabkan nilai-nilai agung yang terkandung dalam ibadah sama sekali tidak mampu memberikan pesan-pesan ilahiah di luar shalat. Takbir yang dikumandangkan di saat beribadah tidak mampu melahirkan keagungan di luar shalat. Do’a iftitah “Inna shalaatii wa nusukii….” yang dilafazkan dalam shalat tidak mampu mengingatkan tujuan hidupnya. Ibadah ini seolah-olah hanya menjadi gerakan-gerakan ritual yang maknanya tidak pernah membumi dalam kehidupan orang yang melaksanakannya.


Oleh karena itu, ibadah shalat yang mampu melahirkan hikmah pencegahan dari perbuatan keji dan kemungkaran, hikmah pensucian jiwa dan ketentraman, apabila dilakukan dengan penuh kekhusyukan, mentadabburkan gerakan dan ucapan yang terkandung di dalamnya, penuh ketenangan dan dengan tafakkur yang sesungguhnya. Maka ia akan keluar dari ibadah dengan merasakan kenikmatannya, terkontaminasi dengan nilai-nilai keta’atan dan mendapatkan cahaya ma’rifatullah.


Rasulullah SAW bersabda: “Tidak seorangpun yang melaksanakan shalat maktubah (fardlu), lalu ia memperbaiki wudlunya, khusyuk dan rukuknya kecuali shalat ini akan menjadi pelebur dosa-dosa sebelumnya selama tidak melakukan dosa besar. Dan ini berlaku sepanjang tahun.” (H.R. Muslim)


Inilah yang pernah dilakukan oleh salaf shalih termasuk di dalamnya Ibnu Zubair RA. Mereka laksana tiang yang berdiri tegak karena kekhusyukannya. Mereka terbius dengan kerinduannya akan Rabbnya dan mereka asyik berkomunikasi dengan Sang Khalik tanpa terganggu dengan suara makhluk-Nya.


Ikhwan dan akhwat fillah,

Ada beberapa hal yang perlu kita perhatikan di saat melaksanakan ibadah shalat agar hikmah di dalamnya selalu terjaga. Pertama, menjaga arkan, wajibat dan sunah. Rasulullah SAW bersabda: “Shalatlah kamu sebagaimana kamu melihatku shalat.”

Kedua, ikhlas, khusyuk dan menghadirkan hati. “Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan keta'atan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus.” (Q.S. 98/Al-Bayyinah: 5).

Ketiga, memahami dan mentadabburi ayat, do’a dan makna shalat. “Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat, (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya.” (Q.S. 107/Al-Maa’uun: :4-5).

Keempat, mengagungkan Allah SWT dan merasakan haibatullah. Rasulullah SAW bersabda, “…Kamu mengabdi kepada Allah seolah-olah kamu melihatNya dan apabila kamu tidak melihat-Nya, maka (yakinlah) bahwasanya Allah melihat kamu…” (H.R. Muslim).


Semoga kita semua mampu merenungkan kembali arti shalat dalam kehidupan dakwah dan memperbaikinya agar kita benar-benar mi’raj kepada Allah SWT. Wallahu A’lam Bish-shawwab


أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُوْا اللهَ لِيْ وَلَكُمْ - والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته




Read more...

Belajar Dari Wajah

Menarik sekali jikalau kita terus menerus belajar tentang fenomena apapun yang terjadi dalam hiruk-pikuk kehidupan ini. Tidak ada salahnya kalau kita buat semacam target. Misalnya : hari ini kita belajar tentang wajah. Wajah? Ya, wajah. Karena masalah wajah bukan hanya masalah bentuknya, tapi yang utama adalah pancaran yang tersemburat dari si pemilik wajah tersebut.

Ketika pagi menyingsing, misalnya, tekadkan dalam diri : "Saya ingin tahu wajah yang paling menenteramkan hati itu seperti apa? Wajah yang paling menggelisahkan itu seperti bagaimana?" karena pastilah hari ini kita akan banyak bertemu dengan wajah orang per orang. Ya, karena setiap orang pastilah punya wajah. Wajah irtri, suami, anak, tetangga, teman sekantor, orang di perjalanan, dan lain sebagainya. Nah, ketika kita berjumpa dengan siapapun hari ini, marilah kita belajar ilmu tentang wajah.

Subhanallaah, pastilah kita akan bertemu dengan beraneka macam bentuk wajah. Dan, tiap wajah ternyata dampaknya berbeda-beda kepada kita. Ada yang menenteramkan, ada yang menyejukkan, ada yang menggelikan, ada yang menggelisahkan, dan ada pula yang menakutkan. Lho, kok menakutkan? Kenapa? Apa yang menakutkan karena bentuk hidungnya? Tentu saja tidak! Sebab ada yang hidungnya mungil tapi menenteramkan. Ada yang sorot matanya tajam menghunjam, tapi menyejukkan. Ada yang kulitnya hitam, tapi penuh wibawa.

Pernah suatu ketika berjumpa dengan seorang ulama dari Afrika di Masjidil Haram, subhanallaah, walaupun kulitnya tidak putih, tidak kuning, tetapi ketika memandang wajahnya... sejuk sekali! Senyumnya begitu tulus meresap ke relung qolbu yang paling dalam. Sungguh bagai disiram air sejuk menyegarkan di pagi hari. Ada pula seorang ulama yang tubuhnya mungil, dan diberi karunia kelumpuhan sejak kecil. Namanya Syekh Ahmad Yassin, pemimpin spiritual gerakan Intifadah, Palestina. Ia tidak punya daya, duduknya saja di atas kursi roda. Hanya kepalanya saja yang bergerak. Tapi, saat menatap wajahnya, terpancar kesejukan yang luar biasa. Padahal, beliau jauh dari ketampanan wajah sebagaimana yang dianggap rupawan dalam versi manusia. Tapi, ternyata dibalik kelumpuhannya itu beliau memendam ketenteraman batin yang begitu dahsyat, tergambar saat kita memandang sejuknya pancaran rona wajahnya.

Nah, saudaraku, kalau hari ini kita berhasil menemukan struktur wajah seseorang yang menenteramkan, maka caru tahulah kenapa dia sampai memiliki wajah yang menenteramkan seperti itu. Tentulah, benar-benar kita akan menaruh hormat. Betapa senyumannya yang tulus; pancaran wajahnya, nampak ingin sekali ia membahagiakan siapapun yang menatapnya. Dan sebaliknya, bagaimana kalau kita menatap wajah lain dengan sifat yang berlawanan; (maaf, bukan bermaksud meremehkan) ada pula yang wajahnya bengis, struktur katanya ketus, sorot matanya kejam, senyumannya sinis, dan sikapnya pun tidak ramah. Begitulah, wajah-wajah dari saudara-saudara kita yang lain, yang belum mendapat ilmu; bengis dan ketus. Dan ini pun perlu kita pelajari.

Ambillah kelebihan dari wajah yang menenteramkan, yang menyejukkan tadi menjadi bagian dari wajah kita, dan buang jauh-jauh raut wajah yang tidak ramah, tidak menenteramkan, dan yang tidak menyejukkan.

Tidak ada salahnya jika kita evalusi diri di depan cermin. Tanyalah; raut seperti apakah yang ada di wajah kita ini? Memang ada diantara hamba-hamba Allah yang bibirnya di desain agak berat ke bawah. Kadang-kadang menyangkanya dia kurang senyum, sinis, atau kurang ramah. Subhanallaah, bentuk seperti ini pun karunia Allah yang patut disyukuri dan bisa jadi ladang amal bagi siapapun yang memilikinya untuk berusaha senyum ramah lebih maksimal lagi.

Sedangkan bagi wajah yang untuk seulas senyum itu sudah ada, maka tinggal meningkatkan lagi kualitas senyum tersebut, yaitu untuk lebih ikhlas lagi. Karena senyum di wajah, bukan hanya persoalan menyangkut ujung bibir saja, tapi yang utama adalah, ingin tidak kita membahagiakan orang lain? Ingin tidak kita membuat di sekitar kita tercahayai? Nabi Muhammad SAW, memberikan perhatian yang luar biasa kepada setiap orang yang bertemu dengan beliau sehingga orang itu merasa puas. Kenapa puas? Diriwayatkan bahwa Nabi Muhammad SAW – bila ada orang yang menyapanya – menganggap orang tersebut adalah orang yang paling utama di hadapan beliau. Sesuai kadar kemampuannya.

Walhasil, ketika Nabi SAW berbincang dengan siapapun, maka orang yang diajak berbincang ini senantiasa menjadi curahan perhatian. Tak heran bila cara memandang, cara bersikap, ternyata menjadi atribut kemuliaan yang beliau contohkan. Dan itu ternyata berpengaruh besar terhadap sikap dan perasaan orang yang diajak bicara.

Adapun kemuramdurjaan, ketidakenakkan, kegelisahan itu muncul ternyata diantara akibta kita belum menganggap orang yang ada dihadapan kita orang yang paling utama. Makanya, terkadang kita melihat seseorang itu hanya separuh mata, berbicara hanya separuh perhatian. Misalnya, ketika ada seseorang yang datang menghampiri, kita sapa orang itu sambil baca koran. Padahal, kalau kita sudah tidak mengutamakan orang lain, maka curahan kata-kata, cara memandang, cara bersikap, itu tidak akan punya daya sentuh. Tidak punya daya pancar yang kuat.

Orang karena itu, marilah kita berlatih diri meneliti wajah, tentu saja bukan maksud untuk meremehkan. Tapi, mengambil tauladan wajah yang baik, menghindari yang tidak baiknya, dan cari kuncinya kenapa sampai seperti itu? Lalu praktekkan dalam perilaku kita sehari-hari. Selain itu belajarlah untuk mengutamakan orang lain!

Mudah-mudahan kita dapat mengutamakan orang lain di hadapan kita, walaupun hanya beberapa menit, walaupun hanya beberapa detik, subhanallaah.***

Bundel by UGLY --- Jan '02

Read more...

Belajar Dari Wajah

Menarik sekali jikalau kita terus menerus belajar tentang fenomena apapun yang terjadi dalam hiruk-pikuk kehidupan ini. Tidak ada salahnya kalau kita buat semacam target. Misalnya : hari ini kita belajar tentang wajah. Wajah? Ya, wajah. Karena masalah wajah bukan hanya masalah bentuknya, tapi yang utama adalah pancaran yang tersemburat dari si pemilik wajah tersebut.

Ketika pagi menyingsing, misalnya, tekadkan dalam diri : "Saya ingin tahu wajah yang paling menenteramkan hati itu seperti apa? Wajah yang paling menggelisahkan itu seperti bagaimana?" karena pastilah hari ini kita akan banyak bertemu dengan wajah orang per orang. Ya, karena setiap orang pastilah punya wajah. Wajah irtri, suami, anak, tetangga, teman sekantor, orang di perjalanan, dan lain sebagainya. Nah, ketika kita berjumpa dengan siapapun hari ini, marilah kita belajar ilmu tentang wajah.

Subhanallaah, pastilah kita akan bertemu dengan beraneka macam bentuk wajah. Dan, tiap wajah ternyata dampaknya berbeda-beda kepada kita. Ada yang menenteramkan, ada yang menyejukkan, ada yang menggelikan, ada yang menggelisahkan, dan ada pula yang menakutkan. Lho, kok menakutkan? Kenapa? Apa yang menakutkan karena bentuk hidungnya? Tentu saja tidak! Sebab ada yang hidungnya mungil tapi menenteramkan. Ada yang sorot matanya tajam menghunjam, tapi menyejukkan. Ada yang kulitnya hitam, tapi penuh wibawa.

Pernah suatu ketika berjumpa dengan seorang ulama dari Afrika di Masjidil Haram, subhanallaah, walaupun kulitnya tidak putih, tidak kuning, tetapi ketika memandang wajahnya... sejuk sekali! Senyumnya begitu tulus meresap ke relung qolbu yang paling dalam. Sungguh bagai disiram air sejuk menyegarkan di pagi hari. Ada pula seorang ulama yang tubuhnya mungil, dan diberi karunia kelumpuhan sejak kecil. Namanya Syekh Ahmad Yassin, pemimpin spiritual gerakan Intifadah, Palestina. Ia tidak punya daya, duduknya saja di atas kursi roda. Hanya kepalanya saja yang bergerak. Tapi, saat menatap wajahnya, terpancar kesejukan yang luar biasa. Padahal, beliau jauh dari ketampanan wajah sebagaimana yang dianggap rupawan dalam versi manusia. Tapi, ternyata dibalik kelumpuhannya itu beliau memendam ketenteraman batin yang begitu dahsyat, tergambar saat kita memandang sejuknya pancaran rona wajahnya.

Nah, saudaraku, kalau hari ini kita berhasil menemukan struktur wajah seseorang yang menenteramkan, maka caru tahulah kenapa dia sampai memiliki wajah yang menenteramkan seperti itu. Tentulah, benar-benar kita akan menaruh hormat. Betapa senyumannya yang tulus; pancaran wajahnya, nampak ingin sekali ia membahagiakan siapapun yang menatapnya. Dan sebaliknya, bagaimana kalau kita menatap wajah lain dengan sifat yang berlawanan; (maaf, bukan bermaksud meremehkan) ada pula yang wajahnya bengis, struktur katanya ketus, sorot matanya kejam, senyumannya sinis, dan sikapnya pun tidak ramah. Begitulah, wajah-wajah dari saudara-saudara kita yang lain, yang belum mendapat ilmu; bengis dan ketus. Dan ini pun perlu kita pelajari.

Ambillah kelebihan dari wajah yang menenteramkan, yang menyejukkan tadi menjadi bagian dari wajah kita, dan buang jauh-jauh raut wajah yang tidak ramah, tidak menenteramkan, dan yang tidak menyejukkan.

Tidak ada salahnya jika kita evalusi diri di depan cermin. Tanyalah; raut seperti apakah yang ada di wajah kita ini? Memang ada diantara hamba-hamba Allah yang bibirnya di desain agak berat ke bawah. Kadang-kadang menyangkanya dia kurang senyum, sinis, atau kurang ramah. Subhanallaah, bentuk seperti ini pun karunia Allah yang patut disyukuri dan bisa jadi ladang amal bagi siapapun yang memilikinya untuk berusaha senyum ramah lebih maksimal lagi.

Sedangkan bagi wajah yang untuk seulas senyum itu sudah ada, maka tinggal meningkatkan lagi kualitas senyum tersebut, yaitu untuk lebih ikhlas lagi. Karena senyum di wajah, bukan hanya persoalan menyangkut ujung bibir saja, tapi yang utama adalah, ingin tidak kita membahagiakan orang lain? Ingin tidak kita membuat di sekitar kita tercahayai? Nabi Muhammad SAW, memberikan perhatian yang luar biasa kepada setiap orang yang bertemu dengan beliau sehingga orang itu merasa puas. Kenapa puas? Diriwayatkan bahwa Nabi Muhammad SAW – bila ada orang yang menyapanya – menganggap orang tersebut adalah orang yang paling utama di hadapan beliau. Sesuai kadar kemampuannya.

Walhasil, ketika Nabi SAW berbincang dengan siapapun, maka orang yang diajak berbincang ini senantiasa menjadi curahan perhatian. Tak heran bila cara memandang, cara bersikap, ternyata menjadi atribut kemuliaan yang beliau contohkan. Dan itu ternyata berpengaruh besar terhadap sikap dan perasaan orang yang diajak bicara.

Adapun kemuramdurjaan, ketidakenakkan, kegelisahan itu muncul ternyata diantara akibta kita belum menganggap orang yang ada dihadapan kita orang yang paling utama. Makanya, terkadang kita melihat seseorang itu hanya separuh mata, berbicara hanya separuh perhatian. Misalnya, ketika ada seseorang yang datang menghampiri, kita sapa orang itu sambil baca koran. Padahal, kalau kita sudah tidak mengutamakan orang lain, maka curahan kata-kata, cara memandang, cara bersikap, itu tidak akan punya daya sentuh. Tidak punya daya pancar yang kuat.

Orang karena itu, marilah kita berlatih diri meneliti wajah, tentu saja bukan maksud untuk meremehkan. Tapi, mengambil tauladan wajah yang baik, menghindari yang tidak baiknya, dan cari kuncinya kenapa sampai seperti itu? Lalu praktekkan dalam perilaku kita sehari-hari. Selain itu belajarlah untuk mengutamakan orang lain!

Mudah-mudahan kita dapat mengutamakan orang lain di hadapan kita, walaupun hanya beberapa menit, walaupun hanya beberapa detik, subhanallaah.***

Bundel by UGLY --- Jan '02

Read more...

Barokah Shalat Khusyu

Hikam :
Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman yaitu orang-orang yang khusyu dalam sholatnya dan orang-orang yang menjauhkan diri dari perbuatan dan perkataan yang tiada berguna (Al-Quran: Surat Al-Mu`minun )

Rasulullah SAW bersabda : Ilmu yang pertama kali di angkat dari muka bumi ialah kekhusyuan. (HR. At-Tabrani )

Nabi Muhammad SAW dalam sholatnya benar-benar dijadikan keindahan dan terjadi komunikasi yang penuh kerinduan dan keakraban dengan Allah. Ruku, sujudnya panjang, terutama ketika sholat sendiri dimalam hari, terkadang sampai kakinya bengkak tapi bukannya berlebihan, karena ingin memberikan yang terbaik sebagai rasa syukur terhadap Tuhannya. Sholatnya tepat pada waktunya dan yang paling penting, sholatnya itu teraflikasi dalam kehidupan sehari-hari.

Ciri-ciri orang-orang yang sholatnya khusyu:

1. Sangat menjaga waktunya, dia terpelihara dari perbuatan dan perkataan sia-sia apa lagi maksiat. Jadi orang-orang yang menyia-nyiakan waktu suka berbuat maksiat berarti sholatnya belum berkualitas atau belum khusyu.
2. Niatnya ikhlas, jarang kecewa terhadap pujian atau penghargaan, dipuji atau tidak dipuji, dicaci atau tidak dicaci sama saja.
3. Cinta kebersihan karena sebelum sholat, orang harus wudhu terlebih dahulu untuk mensucikan diri dari kotoran atau hadast.

4. Tertib dan disiplin, karena sholat sudah diatur waktunya.
5. Selalu tenang dan tuma`ninah, tuma`ninah merupakan kombinasi antara tenang dan konsentrasi.
6. Tawadhu dan rendah hati, tawadhu merupakan akhlaknya
Rasulullah.
7. Tercegah dari perbuatan keji dan munkar, orang lain aman dari keburukan dan kejelekannya.

Orang yang sholatnya khusyu dan suka beramal baik tapi masih suka melakukan perbuatan yang dilarang oleh Allah, mudah-mudahan orang tersebut tidak hanya ritualnya saja yang dikerjakan tetapi ilmunya bertambah sehingga membangkitkan kesadaran dalam dirinya.

Jika kita merasa sholat kita sudah khusyu dan kita ingin menjaga dari keriaan yaitu dengan menambah pemahaman dan mengerti bacaan yang ada didalam sholat dan dalam beribadah jangan terhalang karena takut ria.

Inti dalam sholat yang khusyu yaitu akhlak menjadi baik, sebagaimana Rosulullah menerima perintah sholat dari Allah, agar menjadikan akhlak yang baik. Itulah ciri ibadah yang disukai Allah.
Semoga dibulan ramadhan ini kita meningkatkan kualitas sholat kita.

Bundel by UGLY --- Jan '02

Read more...

Al Waliyyu

Bismillahhirrahmaanirrahiim,
Semoga Allah yang Maha Menatap, mengkaruniakan kepada kita nikmatnya berlindung hanya kepada Allah, amannya berlindung hanya kepada Allah, karena yang membuat kita gelisah adalah ketika kita berlindung selain kepada Allah.

Al-Walliyyu makna dasarnya menurut Prof. Dr. Quraish Syihab yaitu dekat, kemudian muncul makna-makna baru yaitu pendukung, pembela, pelindung, yang mencintai, yang lebih utama, dll.

Seperti tertera dalam Al-Qur'an "Allah pelindung orang yang beriman yang mengeluarkan dari kegelapan kepada cahaya iman".

Perlindungan Allah yang paling penting adalah diberi keteguhan iman. Perlindungan Allah yang paling besar adalah diberi kekuatan iman. Makin kuat iman, kita mau diapa-apakan tidak masalah. Jadi kalau ingin diberi perlindungan Allah yang paling kokoh adalah minta diberi kekuatan iman dan minta diteguhkan. Akal kita dicerdaskan juga dapat merupakan perlindungan Allah sehingga kita bisa bertemu dengan perlindungan Allah.

Perlindungan Allah itu bermacam-macam, contohnya pada Perang Badar, bukan hanya pasukan malaikat saja yang turun tetapi musuh juga jadi terlihat sedikit dimata kaum muslimin.

Musuh terbesar bagi kita adalah bukan makhluk, karena itu hanya alat, musuh besar kita adalah setan dan kawan-kawannya. Hal yang paling berbahaya bagi kita adalah bukan orang lain tetapi sikap kita sendiri. Sedangkan kalau tidak ada musuh tidak akan seru. Maka orang-orang yang berlindung kepada Allah pasti memuaskan dan nikmat, karena perlindungan Allah itu spektrumnya sangat luas, bisa terdeteksi bisa juga tidak terdeteksi oleh akal kita. Tidak ada yang tidak masuk akal, tetapi akal kita yang tidak sampai. Titipkan istri atau suami masing-masing kepada Allah. Dengan mengamalkan doa "Hasbunallah wani'malwakil Ni'malmaula wani'mal nashir". Dengan mengamalkan doa ini dan meyakini bahwa semua makhluk itu milik Allah. Dengan Allah-lah urusan kita serahkan. Berdiri, duduk dan berbaring ingat kepada Allah karena semuanya milik Allah. Sesuai dengan kisah Nabi Muhammad SAW ketika diancam untuk dibunuh dengan pedang terhunus, kata yang keluar dari mulut Beliau adalah "Aku berlindung kepada Allah".

Ini adalah ilmu hati, berbeda lagi dengan ilmu akal dan ilmu fisik, karena nanti kita tidak bisa mati konyol karena hanya yakin. Ini adalah jalan syariat untuk tidak konyol.

Tidak boleh keyakinan melemahkan ikhtiar, tidak boleh kegigihan ikhtiar memperlemah keyakinan. Jadi lakukanlah ikhtiar; tubuh 100% bersimbah keringat terus berbuat all out, otak peras sesuai teknologi yang paling mutakhir saat ini. Kita tidak bisa konyol dengan hanya membawa panah melawan peluru. Ilmu hatinya sudah benar dengan keyakinan tetapi sunnatullahnya adalah kecepatan peluru lebih daripada panah, hal ini harus diakali. Berbeda dengan zaman Rasul atau sudah tidak ada peluang.

Sebuah kisah meriwayatkan ketika Rasulullah hijrah dan berdoa di goa Tur, sahabat Abu Bakar merasa gentar, jawaban Rasul adalah "Jangan sedih sesungguhnya Allah bersama kita".

Jadi kita sempurnakan syariat, tubuh harus dimaksimalkan, otak juga. Dua-duanya akan menjadi ibadah. Tidak masalah jika kita mati terbunuh. Tidak ada yang kalah kecuali orang yang kurang iman. Kemenangan dan kekalahan hanya dipergilirkan. Mudah-mudahan kejadian di Palestina dan Amerika membuat kita semakin mantap untuk meyakini kebenaran.

Walhamdulillahirobbil'alamiin.

Bundel by UGLY --- Jan '02

Read more...

AL-QOWWIYU

Alhamdulillahirobbil'alaimin,
Allah yang Maha Kuasa, yang benar-benar total sepenuhnya berkuasa atas segala hal, dan tidak pernah dimintai pertanggungjawaban. Allah Maha Adil, jadi apapun yang ditimpakan kepada kita pasti sempurna dan kita tidak layak kecewa. Kecewa dapat saja kita rasakan jika kita salah dalam menyikapinya. Yakinkanlah bahwa perhitungan Allah tidak semata-mata di dunia tetapi adalah persiapan menuju surga.
Tetap optimis dan selalu bersikap husnudzon kepada Allah akan membuat hidup kita nyaman. Hidup ini terlalu singkat jika harus disikapi dengan kecewa terhadap perbuatan Allah. Mudah-mudahan kita bisa memposisikan diri kita dengan tepat terhadap makna Al-Qowiyyu terhadap kita.

Rasulullah bersabda, "Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih disukai Allah daripada mukmin yang lemah walaupundalam keduanya ada kebaikan".

Dengan sigma kekuatan yang lebih banyak, antara lain kuat fisik, kuat dompet, kuat mental dan ruhiyah; kita akan lebih dicintai Allah. Membangun kekuatan adalah sarana menjadi mukmin yang baik dalam menggapai kedudukan disisi Allah. Dalam surat Al-Anfal diajurkan untuk memiliki kekuatan, bukan untuk menindas tetapi untuk menggentarkan kekuatan lawan. Makin kita kuat, makin kita membuat orang lain terselamatkan dari mendzolimi orang.

Islam mengajarkan kekuatan sebagai bagian dari kebaikan seorang mukmin, kedekatan dengan Allah, dan juga dapat digunakan menolong orang dari kemungkaran. Jadi hal ini penting sekali.

Hal yang membuat kita terpuruk seperti ini adalah karena kita lemah, antara lain ekonomi yang lemah yang membuat kita repot, ilmu yang lemah membuat kita mudah ditipu.

Maka yang harus menjadi tren sekarang ini adalah membangun kekuatan. Kekuatan yang harus dimiliki adalah bermacam-macam. Kita mulai dahulu dari yang paling mudah yaitu kekuatan fisik. Harus extra konsentrasi dalam membangun kekuatan fisik ini kalau perlu konsultasi dengan dokter yang ahli.

Kita akan terasa memiliki kekuatan extra jika kita berusaha memperbaiki diri, mulai dengan ritme makan, olahraga, jam istirahat yang diperbaiki kualitasnya. Walaupun kekuatan fisik bukan satu-satunya yang terpenting tetapi jelas bahkan jika fisik kita kuat akan sangat berguna. Sebagai ilustrasi pedang Imam Ali di Turki sangat besar, lebih besar lagi dan bahkan lebih panjang pedangnya Imam Jafar As-Shoddiq, logikanya kalau tidak memiliki tangan yang kuat maka tidak akan mampu menggunakannya.

Canangkanlah program memperkuat fisik. Kita harus lebih kuat karena kalau fisik kita lebih kuat dan sehat insya Allah akan bisa berbuat lebih banyak. Kita serahkan saja kepada Allah sekalipun kita diberi sakit itu urusan Allah yang penting tekadnya adalah ingin menjadi sehat dan kuat, ini akan menjadi tekad ibadah. Kalau ada seorang ibu-ibu yang membutuhkan bantuan dengan belanjaannya jika kita kuat fisik akan mudah menolongnya, ada orang yang didzolimi kita akan dapat menggetarkan lawan jika kita kuat.

Mudah-mudahan ini tidak dianggap remeh jika kita melakukan push-up, lari, senam akan menambah vitalitas akan lebih baik lagi jika kita lakukan sambil dzikir, ini akan menjadi jalan taqarrub kepada Allah.

Jika kita lebih sehat dan kuat maka lebih banyak yang dapat kita perbuat dan akan lebih baik lagi kualitas keimanan kita. Sujud dengan pusing itu berbeda dengan sujud dalam sehat, tahajud dalam keadaan fit akan lebih nikmat daripada tahajud dalam keadaan sakit. Maka memperbaiki gizi juga merupakan ibadah, jangan pelit untuk membeli makanan bergizi karena sekali saja kita sakit akan membutuhkan biaya yang lebih besar. Menjaga kesehatan akan membawa kebaikan.

Kekuatan yang kedua adalah kekuatan finansial, kekuatan ini juga akan membawa pada kebaikan. Contohnya pergi ke pengajian ini memerlukan biaya, bahkan semua episode hidup ini memerlukan biaya. Nabi Muhammad menikah pertama kali tidak dengan Siti Aisyah melainkan dengan Siti Khadijah yang memiliki pilar ekonomi yang kuat.

Hal ini penting bagi umat Islam, jangan menganggap orang kaya itu paling belakang masuk ke surga. Itu tidak penting, kita dicintai Allah di dunia dan akhiratlah yang kita cari. Golongan orang yang masuk surga tanpa hisab adalah ulama, orang kaya yang menafkahkan hartanya di jalan Allah, mujahadah yang mati syahid dan haji mabrur.

Dikisahkan ketika dipersilahkan masuk ke surga, haji mabrur terlebih dahulu tetapi dia menolak dengan alasan harus ulama dahulu karena ia mengetahui hukum-hukum haji dari gurunya yang seorang ulama. Begitu pula mujahid, ia tidak akan mengetahui keutamaan jihad kalau tidak ada ulama yang mengajarkannya. Tetapi ketika ulama dipersilahkan, ia malah mempersilahkan orang kaya karena ia menganggap jika tidak ada bangunan-bangunan islami yang dibiayai oleh orang kaya ia tidak mungkin dapat berdakwah.

Kita itu sebenarnya kaya tetapi jatahnya saja yang tidak diambil, kita itu jatahnya banyak lihat saja bumi Indonesia yang begitu kaya. Kita itu belum maksimal, tubuh belum all-out, otak belum diperas, doa belum maksimal. Kalau kita gabung kekuatan otak, fisik, doa bertemu dengan rezeki pasti barokah insya Allah.

Tetapi kita jangan mengumpulkan harta untuk bermewah-mewahan, kumpulkan harta untuk bangun kebajikan, tolong orang banyak. Kita tidak akan membawa harta ini sampai mati. Di sisi Allah catatannya akan bertambah jika kita nafkahkan di jalan Allah. Jangan pernah merasa puas dengan pendapatan yang ada, kerja lebih keras lagi. Bangunlah terus sampai kita mati, kalau kita mati meninggalkan perusahaan masih ada bawahan yang makan dari pendapatan perusahaan kita.

Cita-cita itu jangan muluk-muluk, di dunia juga kita harus berhasil. Jangan sampai hanya memfokuskan ke akhirat saja yang belum tentu sukses dan mengabaikan dunia, karena kita sekarang tinggal di dalamnya. Kita seharusnya hidup itu cukup bersahaja saja, tolong banyak orang, ini yang seharusnya menjadi gaya hidup kita. Peras lagi otak kita. Kalau pecinta dunia itu mencari dunia untuk kepuasan dirinya, pecinta Allah mencari dunia untuk mendapatkan kedekatan dengan Allah. Pecinta dunia dengan pecinta Allah sama giatnya, kita bahkan lebih giat dari mereka karena kita pakai doa. Kita kejar dunia dengan bersimbah peluh berkuah keringat, kita peras otak buat perusahaan yang profesional. Tetapi kepuasan kita bukan ketika berkumpulnya uang, bukan punya perusahaanya, kepuasaan kita adalah ketika ada orang lapar yang bisa makan dengan bekerja pada perusahaan kita; ada seorang bapak yang terangkat martabatnya dengan bekerja; orang yang tidak berpakaian menjadi berpakaian; orang yang anaknya tidak sekolah jadi sekolah; inilah yang kita nikmati.

Kalau untuk kita secukupnya saja, wajar dan proporsional, selebihnya sedekahkan. Percayalah kita sudah punya rezekinya masing-masing. Terus evaluasi diri, bangun kekuatan diri; yang penting barokah. jangan sampai kita dapat harta haram yang akan menjadi racun bagi kita.

Kekuatan yang ketiga adalah kekuatan intelektual; kita harus meningkatkan kekuatan ini. Sebuah bangunan akan kokoh karena pondasinya yang kuat dan kokoh. Kita masih sering terfokus pada aksesoris bangunannya tetapi bukan itu yang terpenting, melainkan pondasinya. Kita masih sering terfokus pada harta, pangkat, jabatan, dan popularitas. Tetapi semua ini bencana kalau pondasi kita tidak kuat. Mengapa banyak pemimpin yang roboh? Mengapa banyak sekali orang yang ketika tidak punya uang sholeh, ketika punya uang roboh? Ada juga orang yang memiliki daya tahan yang tinggi tetapi ketika punya uang malah jadi maksiat ?

Maka ketika kita punya uang banyak, harus meningkat pula kekuatan keimanannya yang merupakan pondasi yaitu Keyakinan Kepada Allah. Iman itu pupuknya adalah ilmu. Ilmu akan mengokohkan pondasi kita, ketika mendapatkan uang tidak akan memperdayakan kita, ketika punya kedudukan kita biasa saja.

Oleh karena itu tidak cukup hanya di majelis taklim seperti ini saja, di rumah, di jalan harus terus dibangun kekuatan keilmuan kita. Tidak ada hari tanpa ilmu. Kemanapun pergi di saku harus ada buku, setiap ada kesempatan buka dan baca. Karena ilmu kita kuat, karena ilmu pula kita bisa menguatkan yang lain.

Mulai sekarang kita kuatkan ilmu kita untuk menguatkan keimanan kita. Terus saja cari supplier ilmu, cari terus akses ilmu agar semakin kuat iman kita yang merupakan buah dari ilmu dan wawasan kita.

Kuat mental yang merupakan buah dari kuat iman. Tiap hari kita harus latihan untuk tidak sakit hati, latihan kuat mental, latihan tidak tersinggung. Untuk kekuatan butuh latihan, tidak ada kekuatan tanpa latihan.

Tiap hari harus selalu dilatih untuk tidak mudah marah, tidak mudah tersinggung, tidak mudah tergelincir. Makin kuat membaja mental kita insya Allah ringan hidup ini. Kita harus seperti intan ditimpa batako, intannya tetap cemerlang.

Syairnya adalah:

Jagalah hati jangan kau kotori
Jagalah hati lentera hidup ini
Jagalah hati jangan kau nodai
Jagalah hati cahaya Ilahi

Bila hati kian lapang
hidup susah terasa senang
Walau kesulitan menghadang
dihadapi dengan tenang

Tapi bila hati sempit
segalanya jadi rumit
Seakan hidup terhimpit
lahir batin terasa sakit"

Tidak mungkin kita kuat kalau tidak latihan. Apapun yang terjadi harus menjadi latihan kekuatan iman kita. Nikmati sebagai latihan, setiap episode yang terjadi dalam hidup kita sehingga semakin kuat iman dan mental.

Yang terakhir adalah kekuatan ruhiah, karena kalau ruhiah kita sudah kuat kita akan menjadi sholeh luar biasa. Kalau kekuatan ruhiahnya sudah terpancar bagai cahaya matahari masuk ke relung-relung hati, menumbuhkan bibit-bibit, menerangi yang ada dalam kegelapan, menyegarkan yang layu. Andaikata kekuatan lainnya terbatas, kita bangun kekuatan ruhiah kita. Sekali bicara daya gugahnya akan terhunjam, daya rubahnya akan kuat. Perkataan yang sama, akan berbeda hasilnya kalau keluar dari orang yang kuat ruhiahnya dengan yang lemah ruhiahnya.

Saudaraku,
Rasulullah kalau marah semua orang menangis, kita marah selama satu jam malah akan menimbulkan kebencian. Oleh karena itu marilah kita bangun kekuataan ruhiah agar kita ini efektif menjadi manfaat bagi orang lain. Bagaimana caranya membangun kekuatan ruhiah? Jawabannya adalah "Sucikan diri". Amat sangat beruntung orang yang menjaga kebeningan hatinya.

Pandangan dijaga, omongan dijaga, telinga hanya mendengar sesuatu yang disukai Allah dan bermanfaat. Semua yang kita rasakan harus mendekatkan diri kita kepada Allah, juga riyadohnya harus lebih digencarkan. Malam harus tahajud meskipun hanya dua rakaat tetapi dengan kualitas yang tetap terjaga. Senin-Kamis usahakan shaum. Ketika punya uang latih untuk keluarkan sedekah. Mata dilatih untuk menunduk, mulut dilatih bicara hanya seperlunya saja, pendengaran yang tidak perlu dikurangi, lisan usahakan selalu berdzikir, sholat tepat waktu, jaga wudhu.

Makin kita latih terus mendekat kepada Allah nanti akan makin bercahaya hati kita, makin kokoh ruhiah kita. Kita nantinya dengan izin Allah akan sampai pada titik tertentu sehingga akan kelihatan rahasia dunia ini, kemudian lintasan rezeki akan terlihat yang membuat kita tidak panik. Kita akan mengerti hikmah dibalik musibah, akan mengerti akan episode-episode hidup. Dalilnya adalah "Dan tidak ada lagi di dunia ini selain kesenangan yang menipu". Nanti kita akan melihat dunia itu dari sudut yang lain.

Ketika kita berbuat sesuatu kita dapat mengetahui manfaat jauh sebelumnya. Oleh karena itu bukan kejadiannya yang kita nikmati, melainkan hikmah dibalik kejadian tersebut. "Kelezatan itu ketika kita tenggelam dalam samudra hikmah", sehingga kejadian bagaimanapun akan kita sikapi dengan biasa-biasa saja.

Jika kita punya sigma kekuatan fisik, finansial, intelektual, mental dan ruhiah, kita akan tampil menjadi manusia prima yang lebih baik dari yang lain dan lebih dicintai oleh Allah. Rindukanlah sepanjang hidup kita harus membangun terus kekuataan bukan untuk dzolim kepada orang lain, melainkan untuk mencegah kedzoliman.

Walhamdulillahirobbil'alamin

Bundel by UGLY --- Jan '02

Read more...

BIODATA AA


Saya lahir pada 29 Januari 1962, hari Senin. Ayah saya, waktu saya lahir adalah seorang pemuda desa. Beliau merantau ke Bandung untuk melanjutkan pendidikan, lalu menjadi tentara sesudah menikah dan memiliki anak. Ibu saya adalah seorang ibu rumah tangga biasa. Saya sendiri lahir dan dibesarkan disebuah lingkungan militer. Tepatnya saya lahir disebuah mes tentara. Dari lingkungan seperti inilah saya dibentuk. Sejak kecil saya sudah mengenal makna kedisplinan. Misalnya saja saya harus tidak membunyikan sandal ketika berjalan. Juga saat saya menutup pintu atau sedang berada di ruang makan. Hal-hal itu layak dijalankan dengan penuh kedisplinan. BIODATA Nama Lengkap : KH Abdullah Gymnastiar Nama Sapaan : Aa Gym Tempat Tgl Lahir : Bandung, 29 Januari 1962 Berdarah keturunan : Sunda Pekerjaan : Wiraswasta Jabatan : Pimpinan Pondok Pesantren Daarut Tauhid (Bandung, Jakarta, dan Batam) Istri : Ummu Ghaida Mutmainah Anak : Ghaida Tsuraya (13) M Ghazali Al-Ghifari (9) Ghina Raudhatul Jannah (9) Ghaitsa Shofa (7) Gefira Nur Fatimah (5) M Ghaza Al-Ghazali (2) Pendidikan : -Teknik Elektro Universitas Achmad Yani Cimahi (Unjani) -PTKSI-ITB -PAAP-Universitas Padjadjaran Bandung Hobi : Membaca, Olahraga, dan Tafakur Moto : Hidup hanya untuk mempersembahkan yang terbaik, berarti bagi dunia dan bermakna bagi akhirat. Bundel by UGLY --- Jan '02

Read more...

IKRAR PENGURUS

IKRAR PENGURUS KSI ULUL ALBAB
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FKIP UNLAM
PERIODE KEPENGURUSAN 2009/ 2010
(Pembaca ikrar membacakan dan selanjutnya diikuti oleh semua pengurus)

Bismillahirrahmaanirrahiim
Asyhadu An-laa ilaa ha illallah
Wa asyhadu anna Muhammaddan-rasulullah

Dengan Menyebut Nama Allah,
Dan dengan Keikhlasan dan Pertolongan Allah,
Kami Berikrar:
Senantiasa berpegang teguh pada Allah dan Rasul-Nya,
Menjalankan amanah sebagai pengurus KSI Ulul Albab dengan sebaik mungkin.
Menaati semua aturan yang telah disepakati organisasi,
Menjaga ukhuwah Islam,
Serta berkomitmen menjadi manusia yang berguna,
Bagi agama, orang tua, masyarakat, dan Bangsa.
ALLAHU AKBAR…

Read more...

SK KEPENGURUSAN 2009/2010

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA



KEPUTUSAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

NO: /H.8.1.2.3.1/KM/2009


TENTANG

PENGESAHAN SUSUNAN PENGURUS

KELOMPOK STUDI ISLAM (KSI) ULUL ALBAB

HIMPUNAN MAHASISWA PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PERIODE 2009/2010


KETUA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT


Memperhatikan : Hasil Musyawarah Besar IV KSI Ulul Albab tanggal 14-15 Maret 2009 dan Rapat Penetapan Pengurus KSI Ulul Albab Himaptika FKIP Unlam tanggal 26 Maret 2009


Menimbang : 1. Bahwa jabatan Pengurus KSI Ulul Albab HIMAPTIKA Periode 2008/2009 telah berakhir.

2. Bahwa untuk kelancaran kegiatan studi Islam kemahasiswaan di lingkungan Program Studi Matematika di anggap perlu mengangkat dan mengesahkan susunan kepengurusan KSI Ulul Albab HIMAPTIKA periode 2009/2010


Mengingat : 1. Undang-Undang No. 2 tahun 1989

2. Peraturan Pemerintah RI No. 30 tahun 1990

3. Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI No. 0456/u/1990

4. Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI No. 13637/A2.12/KP/1996

5. Keputusan Dekan FKIP Unlam No.04/PT.10.H4.FKIP/1992

Menetapkan :

Pertama : Memberhentikan dengan hormat pengurus KSI Ulul Albab periode 2008/2009 dengan ucapan terima kasih atas jasa dan pengabdiannya.

Kedua : Mengangkat dan mengesahkan Pengurus KSI Ulul Albab periode 2009/2010 yang terlampir berikut.

Ketiga : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dan apabila ada kekeliruan akan diperbaiki sebagaimana mestinya.

Pelindung : Ketua Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Unlam.


Ditetapkan di : Banjarmasin

Tanggal : 5 April 2009


Mengetahui

Ketua Program Studi

Pendidikan Matematika





H. Karim, M.Si

NIP.131998399

Tembusan:

  1. Yth. Dekan FKIP Unlam

  2. Yth. Ketua Jurusan P.MIPA FKIP Unlam

  3. Yth. Ketua Program Studi Pendidikan Matematika

  4. Yth. Ketua BEM FKIP Unlam

  5. Yang bersangkutan

Read more...

20 Maret 2009

REFLEKSI ON MUBES IV KSI ULUL ALBAB

Saudaraku yang dirahmati Allah…
Sesekali marilah kita merenung untuk melakukan flash back perjalanan dakwah yang telah kita lakukan hingga akhirnya kita sampai ke sebuah fase dari perjalanan yang masih sangat panjang dan melelahkan ini, yaitu mubes IV hari ini. Kita memang tidak menjadi bagian utuh dari semua fase itu. Kita cuma menjadi bagian koordinat-koordinat estapet yang diwarisi dan akan mewariskan risalah dakwah ini hingga mencapai tujuan akhir yang begitu Agung dan begitu kita impikan. Yup, diwarisi dan mewariskan. Seperti risalah Islam yang Allah turunkan lewat estapet panjang nabi Adam As hingga nabi Muhammad SAW, serta sekarang diwarisi oleh orang-orang shalih yang tetap istiqomah memperjuangkan dakwah ini. Semoga kita menjadi bagian dari mereka ikhwah fillah….

Diwarisi, sebuah kata yang oleh orang mu’min melahirkan sebuah komitmen dan sumpah yang tidak akan pernah dikhianati. Sebuah komitmen untuk senantiasa amanah. Amanah terhadap apa yang diterimanya, amanah untuk menjaga tongkat estapet yang ada di tangannya sebelum diwariskan kepada barisan yang di depannya secepat mungkin. Ya, secepat mungkin saudaraku. Terus berlari!!! Kita sedang berlomba. Fastabiqul khairat itu semangat kita.

Yang jadi pertanyaan, sebagai bagian yang diwarisi apakah kita sudah amanah menerima warisan dakwah ini? Masihkah kita genggam tongkat estapet dakwah itu? Masih semangatkah kita berlari? Apakah lari kita lebih cepat daripada orang dibelakang kita yang telah berjuang memberikan tongkat itu kepada kita? Jangan-jangan kita adalah pelari yang paling lambat sehingga membuat tim kita menjadi kalah. Yang membuat semua pelari geram dan kecewa kepada kita. Na’udzubillah saudaraku! Jangan sampai kita menjadi pelari yang paling lambat bahkan tidak mau belari untuk menjalankan amanah dakwah ini. Kita akan jadi pecundang di hadapan Allah, di hadapan malaikat yang senantiasa mengiringi langkah kita, juga di hadapan saudara-saudara kita yang telah berjuang dan begitu lelah berlari. Yah, memang itulah istilah yang pantas bagi pengkhianat-pengkhianat amanah. PECUNDANG!!!

Mewariskan, itu hal berikutnya yang dilakukan. Tongkat estapet ini tidak boleh berhenti di tangan kita. Dakwah ini harus kita wariskan. Kita wariskan kepada pelari-pelari yang lebih hebat dari pada kita. Mewariskan, bukan pula sebuah terminal perhentian bagi antum yang telah mewariskan. Ia adalah sebuah fase yang merekomendasikan antum untuk bergabung dengan tim estapet yang lebih hebat di level kejuaraan yang lebih bergengsi. Medan dakwah yang lain itu istilahnya. Apakah ia masih medan kampus atau medan masyarakat yang lebih luas. Bagi antum yang tidak menjabat lagi sebagai pengurus atau lulus dari Unlam ini, antum harus siap direkomendasikan ke medan dakwah berikutnya. Rekomendasi otomatis. Cukup Identitas mu’min antumlah yang merekomendasikannya. Rekomendasi untuk senantiasa berkomitmen terhadap dakwah ini, minal mahdi ilal lahdi, buayan hingga liang lahat. Tentunya komitmen itu akan selalu dicharge oleh halaqoh/ liqo’ kita. Maka jangan tinggalkan halaqoh kita, sekalipun kita tidak lagi sebagai pengurus ataupun berstatus mahasiswa. Apakah antum sanggup meninggalkan wajah manis sang murobbi kita? Hee…

Saudaraku, Mereka, di medan dakwah itu menanti kita. Maka cepatlah kita bergabung ke sana. Cepatlah kita lulus dari Kampus ini. Tentunya dengan menyelesaikan dulu lomba lari ini dan memenangkannya. Bersiaplah untuk menerima tongkat. Berlarilah cepat. Finish di depan mata kita! Bagi antum yang akan bergabung di KSI ini, luruskanlah niat. Hanya Allah saja tujuan kita. KSI bukan sekedar organisasi. KSI bukan himaptika, BEM, ataupun DEMA. Ane sudah lewati dan rasakan semuanya. Di KSI lah ane temukan ukhuwah yang paling sejati. Di sanalah kita belajar untuk mendekatkan diri kepada Allah secara kaffah dan mendetail. Bukan setengah-setengah. Maka siapkan diri antum ading-adingku, lahir bathin. Kalau tidak antum akan terlempar jauh dari sana. Wallahu’alam Bish-shawab!

Read more...

16 Maret 2009

PERNYATAAN SIKAP PUSKOMNAS FSLDK

PERNYATAAN SIKAP

Pusat Komunikasi Nasional Forum Silaturrahim Lembaga Dakwah Kampus

(PUSKOMNAS FSLDK) Indonesia

TENTANG: Fatwa MUI tentang Rokok dan Pemilu

Diktum Keputusan Ijtima Ulama Komisi Fatwa Tentang Pemilu

Tanggal: 31 Januari 2009 (Masalah Strategis Kebangsaan),

  1. Pemilihan umum dalam pandangan Islam adalah upaya untuk memilih pemimpin atau wakil yang memenuhi syarat-syarat ideal bagi terwujudnya cita-cita bersama sesuai dengan aspirasi umat dan kepentingan bangsa.
  2. Memilih pemimpin dalam Islam adalah kewajiban untuk menegakkan imamah dan imarah dalam kehidupan bersama
  3. Imamah dan imarah dalam Islam menghajatkan syarat-syarat sesuai dengan ketentuan agama agar terwujud kemaslahatan dalam masyarakat.

Pada Sidang Pleno Ijtima Ulama Komisi Fatwa MUI yang berlangsung pada hari Ahad, 26 Januari 2009, Majelis Ulama Indonesia menelurkan fatwa tentang rokok dan Pemilu.

Efek negatif rokok telah diketahui secra luas oleh masyarakat. Peserta sidang pun berbeda pendapat tentang tingkat larangan merokok, sehingga hukum merokok terjadi perbedaan pendapat antara haram dan makruh. Akan tetapi, seluruh peserta Sidang Pleno Ijtima' sepakat bahwa merokok haram hukumnya di tempat umum, diharamkan pula merokok bagi anak-anak dan wanita hamil.

Dalam diktum Keputusan Ijtima Ulama Komisi Fatwa Tentang Pemilu bahwa memilih pemimpin yang beriman dan bertakwa, jujur (siddiq), terpercaya (amanah), aktif dan aspiratif (tabligh), mempunyai kemampuan (fathonah), dan memperjuangkan kepentingan umat Islam hukumnya adalah wajib. Memilih pemimpin yang tidak memenuhi syarat-syarat sebagaimana disebutkan dalam butir 1 (satu) atau tidak memilih sama sekali padahal ada calon yang memenuhi syarat hukumnya adalah haram.

Forum Silaturrahim Lembaga Dakwah Kampus (FSLDK) Indonesia yang dikoordinasikan oleh Pusat Komunikasi Nasional Forum Silaturrahim Lembaga Dakwah Kampus (PUSKOMNAS FSLDK) yaitu Unit Kegiatan Mahasiswa Kerohanian Islam Jamaah Nuruzzaman Universitas Airlangga Surabaya, menyatakan sikap bahwa kami:

  1. Mendukung penuh keputusan MUI mengeluarkan fatwa tentang rokok dan Pemilu.
  2. Menghimbau kepada media massa untuk memberitakan fatwa MUI secara utuh agar tidak terjadi mispersepsi di masyarakat yang dapat mengeruhkan suasana.
  3. Menghimbau kepada masyarakat, khususnya umat Islam Indonesia, untuk menyikapi segala permasalahan dengan pikiran dan hati yang jernih serta dengan landasan Islami agar tidak
  4. Menghimbau kepada masyarakat, khususnya umat Islam Indonesia, untuk menghormati dan menjalankan
  5. Menghimbau Pemerintah RI untuk turut mendukung fatwa MUI yang sesuai dengan amanah yang diembannya, yaitu untuk menyejahterakan dan menyehatkan rakyat Indonesia.

Demikian pernyataan sikap kami. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan kekuatan untuk bersatu membela agama-Nya dan meneguhkan hati kita dalam memberantas kemungkaran karena-Nya. Allahu Akbar!

Surabaya, 7 Februari 2009

Ketua Pusat Komunikasi Nasional

Forum Silaturrahim Lembaga Dakwah Kampus

Dani Setiawan

Read more...

About This Blog

  © Blogger templates ProBlogger Template by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP