15 Maret 2009

DAKWAH (UMUM)

A. Makna Dakwah

“Jadilah di antara kamu sebaik-sebaik umat yang mengajak kepada kebaikan, menyeru kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar. Mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (QS. Ali-Imran : 104)

Dakwah secara etimologis (bahasa) berarti jeritan, seruan, atau permohonan. Ketika seseorang mengatakan da’autu fulaanan, itu berarti berteriak atau memanggilnya. Adapun menurut syara’ (istilah), dakwah memiliki beberapa definisi. Di sini akan disebutkan sebagian dari definisi tersebut.

Menurut Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, dakwah adalah mengajak seseorang agar beriman kepada Allah dan kepada apa yang dibawa Rasul-Nya dengan membenarkan apa yang mereka beritakan dan mengikuti apa yang mereka perintahkan.

Sementara itu, Fathi Yakan mengatakan, “Dakwah adalah penghancuran jahiliyah dengan segala bentuknya, baik jahiliyah pola pikir, moral, maupun jahiliyah perundang-undangan dan hukum. Setelah itu pembinaan masyarakat Islam dengan landasan pijak keislaman, baik dalam wujud kandungannya, dalam bentuk dan isinya, dalam perundang-undangan dan cara hidup, maupun dalam segi persepsi keyakinan terhadap alam, manusia dan kehidupan.

Pengertian dakwah pada hakikatnya adalah mengajak manusia kepada Allah dengan hikmah dan nasihat yang baik, sehingga mereka meninggalkan thagut dan beriman kepada Allah agar mereka keluar dari kegelapan jahiliyah menuju cahaya Islam.

Serulah ( manusia ) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah, dan pengajaran yang baik, dan berdebatlah dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang lebih mengetahui siapa yang sesat dari Jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui siapa yang mendapat petunjuk.” (QS. An-Nahl : 125)

B. Metode Dakwah

Dalam proses realisasi menuju sebuah tujuan dakwah, yakni tegaknya tauhid di atas bumi ini, maka pelaksanaannya harus disandarkan pada metode-metode yang telah digariskan Allah. Pelaksanaan dakwah haruslah sesuai dengan pedoman umat Islam (Al-Qur’an dan Sunnah) sehingga dakwah tersebut tetap berada koridor syar’i dan sesuai dengan kemurnian dakwah itu sendiri dengan harapan agar pertolongan serta rahmat Allah selalu menyertai setiap langkah individu maupun kelompok yang berdakwah.

Adapun metode yang dimaksud telah ditegaskan dalam surat An-Nahl ayat 125, yakni dengan hikmah, pengajaran yang baik (mau’izhah hasanah) serta dengan kekuatan argumen, tidak dengan paksaan dan kekerasan. Metode ini dilakukan berpangkal pada aksiomatika Islam yang agung yang diambil dari kitab Allah dan perjalanan hidup Rasul-Nya yang mulia.

“Katakanlah, inilah jalan (agama)ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan tujuan yang nyata, Maha Suci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik.” (QS. Yusuf : 108)

Apapun metode dakwah yang kita lakukan, metode tersebut harus memperhatikan —dan tidak lupa mengikutsertakan— karakteristik berikut.

· Rabbaniyyah, artinya segala sesuatunya bersumber dari Allah (berorientasi ketuhanan).

· Islam sebelum jamaah, artinya Islam dijadikan esensi utama dalam berdakwah, sedangkan jamaah merupakan wasilah (cara) untuk merapikan gerak dakwah.

· Syumuliyah, dakwah harus bersifat sempurna (menyeluruh dan utuh), ia tidak boleh dilakukan sebagian.

· Modern, dakwah bersifat modern (kekinian). Dakwah memang harus dilakukan berdasarkan keasliannya yaitu Al-Qur’an dan Sunnah, namun cara, sarana, dan strategi yang digunakan harus seiring dengan perkembangan zaman (kontemporer) agar mampu mengantisipasi dan mengimbangi perkembangan situasi dan kondisi di masyarakat dengan tetap berpegang pada nilai-nilai Islam.

· ‘Alamiyah, bersifat mendunia (universal). Dakwah yang mengglobal dan mendunia adalah ciri dakwah Islam.

· ‘Ilmiyah, berdasarkan pada ilmu dan pendekatan ilmiah.

· Bashiirah islaamiyah, memberikan pandangan yang islami dan keterangan yang nyata dengan bukti yang jelas.

· Menciptakan mana’ah, daya tahan (imunitas) dari segala bentuk kemaksiatan, serta mampu berorientasi kepada pencapaian penguasaan teori, penguasaan moral, dan penguasaan amal.

C. Tahapan-Tahapan Dakwah

Selain karakteristik dan metode dakwah di atas, pada pelaksanaannya, dakwah juga mengenal tahapan-tahapan yang penting untuk dipahami. Adapun tahapan-tahapan tersebut adalah sbb.

· Tahap perkenalan dan penyampaian

Merupakan sebuah tahapan awal dari dakwah, dimana pada tahapan ini, dakwah bertujuan untuk memberikan ilmu tentang Islam itu sendiri dan mengubah sebuah pandangan yang jahiliyah menjadi pandangan yang islami (transformasi objek dakwah dari antipati terhadap dakwah menjadi simpati terhadap dakwah).

· Tahap pembinaan

Pada fase ini, dakwah mulai memberikan perhatian lebih kepada objeknya dengan tujuan penanaman sebuah pola pikir (fikroh) yang islami dan mulai memberikan kesempatan kepada objek dakwah untuk latihan beramal (transformasi objek dakwah dari simpati menjadi barisan pendukung dakwah).

· Tahap Pengorganisasian

Yakni tahapan penataan barisan pendukung dakwah itu sendiri agar individu-individu yang beramal tersebut bisa terkoordinasi dengan baik sehingga dakwah ini bersinergi dan mempunyai aktivitas yang memiliki sebuah tujuan bersama (transformasi barisan pendukung dakwah menjadi kader yang terorganisir).

· Tahap pelaksanaan

Tahapan pelaksanaan ini memberikan titik tekan pada sebuah hasil yang diridhoi Allah sehingga memberikan sebuah dorongan untuk bekerja dan merupakan sebuah tahapan dimana objek dakwah terdahulu bertransformasi menjadi subjek dakwah.

Tahapan-tahapan di atas merupakan sebuah siklus yang tiada henti, begitupun pelaksanaan evaluasi dari masing-masing tahapannya.

“(Yaitu) orang-orang yang menyampaikan risalah Allah, mereka takut kepada-Nya dan mereka tiada merasa takut kepada seorang (pun) selain kepada Allah. Dan cukuplah Allah sebagai pembuat perhitungan.” (QS. Al-Ahzab : 39)

0 komentar:

About This Blog

  © Blogger templates ProBlogger Template by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP